Kemudian Menurut John Hattie, seorang peneliti pendidikan dari University of Melbourne, hubungan antara guru dan siswa memainkan peranan penting dalam keberhasilan siswa. Dalam bukunya "Visible Learning," Hattie menjelaskan bahwa interaksi yang hangat, emosional, dan penuh perhatian antara guru dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif. Oleh karena itu, merefleksikan ini dalam pendidikan kita adalah langkah yang bijak.
Pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan, tetapi juga mendidik dan membentuk karakter. Pendidik harus mampu mengenali setiap aspek terkait keunikan siswa agar proses pembelajaran lebih efektif. Menurut John Dewey, seorang filsuf dan ahli pendidikan, pendidikan sejati adalah memfasilitasi perkembangan individu secara menyeluruh. Penting bagi guru untuk memahami karakter siswa agar dapat menyesuaikan metode pengajaran dan memberikan perhatian yang sesuai.
Pertama, mengidentifikasi gaya belajar siswa adalah langkah penting dalam memahami mereka. Beberapa siswa mungkin lebih responsif terhadap pembelajaran visual, sementara yang lain lebih suka metode auditory atau kinesthetic. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan gaya yang sesuai dengan preferensinya lebih cenderung menunjukkan hasil akademik yang lebih baik. Contohnya, seorang siswa visual akan lebih mudah menyerap informasi melalui diagram dan ilustrasi, sedangkan siswa kinesthetic membutuhkan kegiatan fisik untuk memahami konsep.
Kedua, pentingnya memahami latar belakang budaya dan sosial siswa. Setiap siswa membawa pengalaman hidup yang berbeda, dan latar belakang ini bisa mempengaruhi cara mereka melihat dunia dan belajar. Dengan mengenali dan menghargai keragaman ini, guru bisa menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Misalnya, siswa dengan latar belakang bilingual mungkin memiliki kekayaan linguistik yang bisa diintegrasikan dalam pelajaran bahasa.
Ketiga, memahami karakter kepribadian siswa juga esensial. Pendidik perlu mengenali apakah siswa lebih cenderung introvert atau ekstrovert, karena ini akan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dan belajar. Siswa introvert mungkin memerlukan waktu dan ruang lebih untuk memproses informasi, sementara siswa ekstrovert mungkin lebih nyaman dengan diskusi dan kerja kelompok. Dengan penyesuaian yang tepat, guru bisa mendukung perkembangan akademik dan emosional setiap siswa.
Dalam dunia yang semakin digital, mengamati perilaku siswa dalam lingkungan virtual juga menjadi keharusan. Selama pandemi, banyak sekolah beralih ke pembelajaran daring, dan ini menambah layer baru dalam memahami siswa. Sebagai contoh, beberapa siswa mungkin lebih terbuka dan partisipatif dalam lingkungan daring, sementara yang lain mungkin merasa terisolasi. Guru perlu cermat memantau dinamika ini dan menyesuaikan strategi pengajaran mereka sesuai kebutuhan siswa.
Mengenali dan memahami karakter siswa adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan observasi, komunikasi, serta ketulusan dari pendidik. Dalam proses ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga mentor dan sahabat yang siap mendengarkan dan membantu siswa dalam perjalanan belajar mereka.
Pada akhirnya, mengenali dan memahami karakter siswa memungkinkan kita untuk membangun pendidikan yang lebih manusiawi dan bermakna, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didorong untuk mencapai potensi maksimal mereka. Mari kita lihat pentingnya aspek ini sebagai landasan dalam praktik pengajaran yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar
Pertanyaan atau Komentar