Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, memberikan klarifikasi mengenai kekhawatiran yang muncul terkait ancaman gempa megathrust di Indonesia. Dalam penjelasannya, Dwikorita menyatakan bahwa meskipun ada peningkatan aktivitas seismik di beberapa wilayah, hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa gempa besar akan segera terjadi. Ia menjelaskan bahwa Indonesia terletak di zona subduksi, di mana lempeng Indo-Australia bertemu dengan lempeng Eurasia, sehingga risiko gempa memang selalu ada.
Menurutnya, BMKG terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap aktivitas gempa dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Dwikorita juga menekankan pentingnya edukasi mengenai kesiapsiagaan bencana, agar masyarakat tidak panik ketika mendengar berita tentang potensi gempa. Ia mengingatkan bahwa pemahaman yang baik tentang fakta-fakta ilmiah terkait gempa dapat membantu masyarakat untuk lebih siap dan tenang dalam menghadapi kemungkinan bencana.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gempa megathrust memiliki karakteristik yang berbeda dari gempa biasa, dan bisa terjadi dalam skala yang sangat besar, namun tidak semua aktivitas seismik harus diartikan sebagai tanda akan terjadinya bencana besar. Dwikorita menekankan bahwa BMKG berkomitmen untuk memberikan informasi yang transparan dan akurat, serta mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan siap menghadapi bencana dengan cara yang bijak.
Ia juga menambahkan bahwa penting bagi masyarakat untuk mengikuti informasi resmi dari BMKG dan tidak terpengaruh oleh berita yang tidak jelas sumbernya. Dengan cara ini, kita bisa lebih siap dan mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh bencana alam.
Komentar
Posting Komentar
Pertanyaan atau Komentar